Jakarta – Aspirasi Direktorat Hulu yang
agresif dengan produksi 2,2 juta BOEPD pada 2025 menuntut perubahan pola
bisinis hulu Pertamina dari investment holding menjadi operation holding.
Perubahan strategi bisnis dimaksud membawa implikasi signifikan pada
irama kerja Upstream Technology Center (UTC). “Kami semakin
pontang-panting dalam upaya mendukung target peningkatan produksi dan
cadangan di seluruh anak perusahaan hulu (APH) dan Business Development,”
ungkap Sigit Rahardjo, VP UTC menjelaskan aktivitas kesehariannya, saat
diwawancarai pada Kamis (10/7) lalu.
Wajar bila penerapan strategi operation
holding, membuat UTC pun semakin sibuk. “Semua rekomendasi tersebut dituangkan
dalam program kerja yaitu dengan memenuhi permintaan bantuan teknis di
lingkungan Pertamina dalam bentuk task force specialist, kajian dan
evaluasi termasuk di dalamnya peer review, problem solving, sentralisasi data
dan aplikasi software, simulasi & pemodelan, workshop & training
dan pekerjaan lain yang sejalan dengan kompetensi spesialis di UTC,” urai Sigit
menggambarkan peran UTC.
Lebih lanjut, Sigit menambahkan bahwa dalam
rangka meningkatkan daya saing Perusahaan maka inovasi teknologi yang ditunjang
dengan data yang terpadu merupakan suatu keniscayaan. Dari sisi inilah
Direktorat Hulu lewat UTC perlu mendapatkan dukungan solusi layanan
sentralisasi data demi mewujudkan efisiensi kinerja perusahaan. Di samping
itu, data terkait kegiatan eksplorasi sebagai bagian dari upaya
penambahan cadangan dan data eksploitasi untuk meningkatkan produksi, juga
dibutuhkan secara real time, termasuk akses langsung ke seluruh APH. Paham
dengan kondisi tersebut, UTC pada September 2013 yang lalu telah mengoperasikan
Pertamina Upstream Data Center (PUDC) di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
“Sesuai harapan Direktur Hulu, semua data yang
menyangkut geologi, geofisika dan reservior (GGR), produksi & fasilitas
(PF), drilling, dan geothermal yang ada di APH harus disatukan di PUDC,” jelas
Sigit. Selain itu, PUDC pun telah menyiapkan ruangan yang nyaman untuk workshop
sembari menggelar berbagai data yang diperlukan baik data seismik maupun data
pengeboran, termasuk batuan inti bor (core). Workshop terkait dengan analisis
detail kenampakan fisik core berikut struktur sedimen, serta deskripsi lainnya
seperti warna, besar butir, porositas, permeabilitas, kekerasan, kandungan
fosil, mineral berat, serta contoh hasil uji kandungan lapisan, akan
meningkatkan keakuratan analisis yang bermuara pada tingkat keberhasilan ketika
suatu peluang dieksekusi.
“Untuk melengkapi PUDC, tahun depan (2015)
UTC akan mempunyai laboratorium core yang representatif berlokasi di Pertamina
Corporate University (PCU), Simprug. Laboratorium ini utamanya dimaksudkan
untuk mendukung program simulasi kegiatan EOR, serta dimanfaatkan juga
oleh para ahli geologi dan reservoir untuk mengevaluasi berbagai parameter
batuan reservoir,” pungkas Sigit menutup perbincangan.
ANALISIS :
Jadi menurut saya pada kondisi di atas bisa kita
pahami, dalam perannya sebagai pusat keunggulan teknologi hulu migas, UTC aktif
memberikan saran dan rekomendasi teknis kepada manajemen Direktorat Hulu
sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan yang bersifat strategis. Nantinya
data-data akan diintegrasikan dalam satu sistem manajemen, sehingga memudahkan
dan mendukung kegiatan evaluasi maupun studi para ahli baik dalam bidang migas
maupun energy baru dan terbarukan. Dengan diadakannya Workshop maka dengan
analisis detail suatu kelompok akan berhasil jika suatu peluang tersebut
dieksekusi.
LINK :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar